Perkuat Hilirisasi, Ramai Ramai Perusahaan Masuk Bisnis Nickel Termasuk ANTAM yang Bangun Ekosistem Baterai di Maluku Utara

Berita, Malut, Nasional15 Dilihat

Pabrik Feronickel Antam di Halmahera Timur (Istimewa) 

Jakarta– Sejumlah emiten atau perusahaan industri nikel Tanah Air terus serius memperkuat bisnisnya. Tak hanya itu, beberapa perusahaan bahkan mulai menambah usaha nikel dalam daftar portofolionya.

Diversifikasi ini dilakukan di tengah dorongan pemerintah untuk memajukan industri nikel nasional yang menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Pemerintah berambisi membangun ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu hingga hilir, sejalan dengan program hilirisasi yang sedang didorong Presiden Prabowo Subianto. Salah satu fokus utama hilirisasi ialah peningkatan nilai tambah nikel untuk mendukung rantai pasok produksi baterai EV di dalam negeri.

Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto yang dikutip dari Katadata mengatakan kebijakan hilirisasi di era Presiden Prabowo Subianto akan menjadi kelanjutan dari program yang telah dijalankan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Meski selama ini nikel menjadi fokus utama, ke depan pemerintah perlu mempertimbangkan komoditas lain seperti bauksit yang juga berpotensi besar untuk mendukung teknologi baterai baru pengganti nikel.

“Indonesia punya sumber daya bauksit yang melimpah. Jadi arah hilirisasi mungkin harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi global di industri EV,” kata Rully dalam acara Mirae Media Day beberapa waktu lalu.

Rully menilai komitmen pemerintah terhadap hilirisasi masih kuat karena sektor ini dinilai sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi baru. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tantangan investasi di sektor hilir masih tinggi, antara lain karena kenaikan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang mencapai 7%. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah rasio yang menunjukkan besarnya tambahan modal atau investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan satu unit output.

“Kalau efisiensi investasi ini tidak segera diperbaiki, maka akan sulit untuk memacu pertumbuhan ekonomi lewat hilirisasi,” kata dia. Di tengah upaya tersebut, sejumlah perusahaan nasional mulai membanting setir bisnisnya menuju sektor nikel. Langkah ini dianggap strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan jangka panjang seiring meningkatnya permintaan global terhadap nikel dan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Berikut sederet emiten yang melakukan diversifikasi bisnis ke nikel

PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) Siapkan Rights Issue untuk Akuisisi Tambang Nikel 

PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) berencana menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) melalui mekanisme rights issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp 3,25 triliun. Dana hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk mengakuisisi dua perusahaan tambang nikel.

Mengacu pada prospektus yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, manajemen PACK menyebut OWK tersebut akan dikonversi menjadi sebanyak-banyaknya 32,58 miliar saham baru.

“OWK akan dikonversi menjadi saham baru dan dicatatkan di BEI sesuai ketentuan yang berlaku, serta memiliki hak yang sama dengan saham perseroan lainnya,” tulis manajemen PACK.

Dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk membeli 30% saham PT Konutara Sejati senilai US$ 68,7 juta dan 34,5% saham PT Karyatama Konawe Utara senilai US$ 100,08 juta.

Konversi dari OWK menjadi saham biasa dapat dilakukan sejak 1 hari kerja setelah tanggal penerbitan hingga sebelum tanggal jatuh tempo OWK pada 17 Desember 2026. Rasio konversi 1:1, di mana setiap pemilik 1 OWK dapat mengonversi OWK menjadi 1 saham baru jika tidak terdapat penyesuaian pada harga konversi.

Seluruh dana hasil right via OWK sekitar 86,76% akan digunakan untuk pemberian pinjaman kepada entitas anak, yaitu Adhi Prakarsa Raya (APR) dan Summer Cahaya Raya (SCR) untuk keperluan pembayaran pembelian saham pada Konutara Sejati (KS) dan Karyatama Konawe Utara (KKU). Sisa dana yang diperoleh dari aksi ini akan digunakan oleh PACK untuk pembiayaan modal kerja.

“Melalui entitas anak, perseroan akan secara aktif melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan besar logam dan bijih logam, khususnya nikel dan pertambangan biji nikel di masa yang akan datang,” tulis manajemen perseroan dalam prospektusnya.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Perluas Portofolio ke Mineral Kritis.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mulai memperluas bisnisnya di luar batu bara dengan masuk ke segmen nikel. Langkah ini diwujudkan melalui akuisisi 9,6% saham PT Adhi Kartiko Pratama (NICE).

Presiden Direktur ITMG, Mulianto, mengatakan ekspansi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk berpartisipasi dalam pengembangan critical mineral yang mendukung elektrifikasi global.

“Jadi segala hal yang mencakup critical mineral dan ada aset-aset yang baik dan bisa disinergikan dengan Indo Tambangraya Megah akan selalu kami pertimbangkan,” ujar Mulianto dalam Public Expose Live 2025, Rabu (10/9).

Selain nikel, ITMG juga membuka peluang ekspansi ke komoditas lain seperti tembaga, bauksit, hingga emas. Namun, Mulianto menegaskan akuisisi masih dalam tahap observasi dan akan difokuskan pada aset di dalam negeri.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Bangun Ekosistem Baterai Terpadu di Maluku Utara

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga menegaskan komitmennya memperkuat hilirisasi nikel. Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, mengatakan perusahaan tengah mengembangkan rantai industri nikel yang terintegrasi, mulai dari tambang hingga daur ulang baterai.

“Tantangan bagi kita adalah bagaimana membuat regulasi yang mendorong peningkatan penggunaan mobil listrik, tapi dengan basis produksi di Indonesia,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9).

Untuk mempercepat ambisi tersebut, Antam meneken enam kerja sama strategis dengan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), produsen baterai terbesar dunia. Kolaborasi ini mencakup pengolahan bijih nikel, pembangunan pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL), hingga produksi sel baterai siap pakai.

Antam juga mendirikan PT Feni Haltim (FHT) di Halmahera Timur, Maluku Utara, bersama Hong Kong CBL Limited (HK CBL). FHT akan mengembangkan smelter pirometalurgi berkapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun pada 2027, serta smelter hidrometalurgi dengan produksi 55.000 ton MHP per tahun mulai 2028.

Dalam laporan ke Bursa Efek Indonesia, Antam menegaskan penyertaan modal sebesar US$ 159,64 juta atau sekitar Rp 2,63 triliun ke FHT dilakukan untuk mendukung pembangunan fasilitas Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di Buli, Maluku Utara. (Cr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *